Kamis, 06 Januari 2011

Islam Otak-Otak (Episode 5)

Beribu maaf buat pembaca. Rencananya tulisan ini udah rilis kemaren rabu. Tapi karena gua sakit gigi, rencana itu gua tunda sampai waktu yang nggak ditentukan. Walau gua nggak ngetik keyboard make gigi, tapi konsentrasi lumayan keganggu. Nah, baru sekarang, akhirnya gigi gua bisa kompromi. Buat yang belum baca kisah sebelumnya, bisa klik link di bawah ini :

Gua ngerasa, kadang nulis pengalaman pribadi lebih musingin ketimbang nulis cerita fiktif. Kalo fikif, ide bisa diambil dari mana aja. Coz intinyakan ngibulin pembaca. Pembacanya aja yang kesenengan dikibulin. Kalo pengalaman pribadi, beda banget. Harus jujur. Kemaren gua bingung harus mulai dari mana buat nulis. Thanks to Imel Sy-Rj, yang udah ngasih inspirasi, darimana gua harus mulai episode 5 ini


Sekian lama Islam phobia, akhirnya gua terdampar di dunia hobi dan pengembangan bakat. Satu persatu buku tentang psikologi gua baca. Mulai dari yang bertemakan mental, sampe yang berbau metafisik. Bahkan, gua berhasil nguasain teknik hypnosis yang diajarin sama paman, Muhammad Nazarudin.


Gua memperdalam pengetahuan tentang pikiran manusia dan korelasinya sama tinjauan psikologi modern. Lebih dari itu, gua nemuin banyak hal menakjubkan antara kemampuan pikiran manusia dan Islam. Contoh, ternyata kondisi terhypnosis, adalah kondisi yang -seharusnya- muncul ketika kita sholat. Kita sering nyebut itu sebagai kondisi khusyu.


Akhirnya, gua ngegali wahana keislaman dengan pendekatan Al-Qur'an, sunnah dan sains. Karena mindset gua adalah, kebenaran = pernyataan yang berbanding lulus dengan kenyataanBagi gua, Islam itu logis dan bisa dibuktiin dengan sains. Kalaupun ada yang nggak cocok, itu bukan kesalahan Islamnya, tapi kemampuan sains manusia yang belum bisa nyamain Sains Allah.


Buku seperti The Secret, Quantum Ikhlas, Miracle of Zona Ikhlas, Law of Attraction, Mind Power, NLP, Dahsyatnya Hypnosis, mulai gua kaji. Dan ternyata, semua intisarinya gua temuin di Al-Qur'an. sekarang gua tanya, law of attraction yang digembor-gemborin oleh Rhonda Bhyrne dalam bukunya The Secret, jadi international best seller dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, apa bedanya wacana itu sama yang udah Allah ajarin tentang do'a? Nggak ada sama sekali. Rhonda bhyrne hanya menjelaskan dari sisi yang lain. Sisi yang kosong dari ketuhanan.


Hanya saja, orang Islam kalah manis dalam penyajian. Kita terlena dengan masa lalu yang nyeritain Islam adalah bla bla bla. Kita terlalu terlena dengan kesimpulan yang sudah ditulis oleh 'ulama masa itu. Bahkan, rumusan dan semua retorika itu, umurnya sudah lebih dari 10 abad. Kita lupa untuk mengupdate pengetahuan kita dengan sains modern. Parahnya, kita cenderung ketakutan kalau menghubung-hubungnkan pernyataan agama dengan sains. Alasannya, teori sains itu cuma beberapa tahun aja. Suatu saat, pasti ada yang nyanggah. Nanti gimana kalau ternyata Al-Qur'an itu  disanggah ?


Pernah nggak kepikiran, seandainya kita hidup di zaman sesaat sebelum keemasan Islam. Semua ma'lumat itu belum ditemuin. Ushul fiqh belum disusun, mazhab belum ada, Ibnu Sina masih belum menulis buku kedokterannya, Ibnu Khaldun belum mengarang buku muqaddimahnya. apa yang mereka lakukan ? Mereka research dan melakukan eksperimen. Profesor-profesor zaman itu mengaktualisasikan kemampuan berfikir dan mensinkronisasikannya dengan iman dan keislamannya. Dengan Al-Qur'an dan Sunnah. 


Hasilnya, perhatikan bagaimana buku-buku Avichena (Ibnu Sina) mejadi rujukan utama perkembangan ilmu kedokteran di barat ?! Buku Muqaddimah Ibnu khaldun menjadi perbincangan para sosiolog dunia ?! Gua nggak bilang kalo rujukan Islam klasik itu udah ekspired dan gak harus dibahas lagi. Justru sebaliknya, informasi-informasi dasar itu harus kita kaji. Hanya saja, tambah lagi dengan pengetahuan mutakhir. Ibaratnya, seperti orang barat yang mengambil rujukan buku kedokteran Ibnu Sina, dan terus mengaktualisasikan informasi dengan eksperimen baru.


Ingat bro, khilafah dan kejayaan islam yang kita perjuangkan itu, ada dimasa depan. Bukan dimasa lalu. Kita sudah terlalu lama menoleh kebelakang dan meratapi keruntuhan. Sekarang saatnya untuk menatap jauh kedepan.


Beuuuuuuuuuuh, bahasannya. beraaaaat



2 komentar: